FEMINA





Majalah wanita yang diterbitkan oleh PT Gaya Favorit Press sejak tahun 1972. Sebagai majalah perempuan pertama di zaman itu, Femina diterbitkan untuk mengakomodasi seluruh aspirasi kaum wanita Indonesia agar mampu pengoptimalkan segala potensinya tanpa kehilangan jati dirinya sebagai perempuan.
1st edition


Femina yang dahulu diakui sebagai majalah wanita no.1 (rankingnya) di Indonesia, pada mulanya terbit sebagai majalah bulanan dan tahun 1973, berubah menjadi majalah dwimingguan. Akhirnya, sejak tahun 1980 terbit tetap sebagai majalah mingguan. Perintisan penerbitan majalah ini dilakukan oleh Ny. Mirta Kartohadiprodjo, Atiek Makarim, dan Widarti Goenawan. Majalah Femina dapat terus terbit sampai sekarang di antara majalah wanita pesaing lainnya berkat kerja keras dan ketekunan para
pengelolanya. Mereka adalah Sofyan Alisjahbana, sebagai pemimpin umum/pemimpin usaha, Ny. Mitra Kartohadiprodjo sebagai pemimpin redaksil penanggung jawab, Bunyamin W., sebagai wakil pemimpin redaksi, Widarti Goenawan, Hoedi Soejanto, Anna Poyk Massie, Noesrini, Pia Alisjahbana, Tit Sugyanti, Sayoga Ali Said sebagai staf redaksi, Martha tilaar dan Yus Kayam sebagai pembantu Khusus.



























































































































 














































































40th years old (1972-2012)



Sebagai media penerbitan yang memproduksi karya sastra seperti cerpen dan cerita bersambung, majalah Femina memberikan kontribusi bagi perkembangan kesusastraan Indonesia modern. Oleh para kritisi sastra, Femina dianggap sebagai perintis bagi lahirnya para novelis perempuan di Indonesia. Sekadar contoh, penulis Marga T. menjadi terkenal sebagai novelis berkat cerita bersambungnya berjudul "Bukan Impian Semusim" yang dimuat dalam Femina tahun 1974. Dari penulis Marianne H. Katoppo terdapat novel Raumannen dan dari Marga T. terdapat novel Sebuah Ilusi yang keduanya berasal dari cerber dalam Femina. Para sastrawan yang sudah mapan pun tak jarang mengumumkan karyanya lewat majalah ini, seperti Nh. Dini dengan cerbernya Amir Hamzah Pangeran dari Seberang, Gerson Poyk dengan cerbernya "Requiem untuk Seorang Perempuan", dan Yudhistira Ardi Noegraha dengan kumpulan cerpennya Penjarakan Aku dalam hatimu.


































Setiap tahun Femina menyelenggarakan Lomba Cerpen Femina dan Lomba Cerber Femina. Lomba itu memasok calon-calon penulis sastra yang tangguh. Hal yang patut dicatat dalam sayembara tersebut, panitia lomba hampir selalu melibatkan H. B. Jassin, kritikus kesusastraan Indonesia, sebagai salah seorang anggota tim juri.

(Seperti disalin dari situs jakarta.go.id)

Wajah Femina memang berubah 180 derajat jika membandingkan wajah jadul dengan wajahnya kini. Namun, ada 1 yang tak pernah berubah dan menjadi ciri khas dari majalah ini sejak awal terbit hingga tetap eksis sampai hari ini adalah LOGONYA yang selalu begitu dan memang tak perlu diubah lagi (sudah bagus!). Terinspirasi dari ajang fashion show luar negeri akhirnya Majalah Femina memprakarsai acara fashion show Jakarta Fashion Week yang digelar saban tahun..
Media of Indonesia
Media of Indonesia

This is a short biography of the post author. Maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec vitae sapien ut libero venenatis faucibus nullam quis ante maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar