Last Edition Majalah HAI

Repost 

Juni 2017, Majalah "HAI" Berhenti Cetak


KOMPAS.com - Majalah HAI resmi mengumumkan berhenti cetak secara reguler. Dilansir dari hai.grid.id, Juni 2017 ini adalah bulan terakhir terbitnya majalah remaja pria Indonesia yang kali pertama terbit pada tahun 1977 silam.
Namun, Anda jangan khawatir. Pasalnya, majalah HAI hanya berubahplatform dari cetak menjadi digital yang sudah langsung bisa Anda akses pada laman hai.grid.id. 
Perubahan strategi publikasi ini sebenarnya semakin memudahkan para pembaca majalah HAI yang kebanyakan berasal dari generasi millenial.
Anda bisa mengakses informasi seputaran musik, sekolah, kampus, dan gaya hidup khas HAI kapan pun dan di mana pun.
Intinya, meskipun edisi cetak HAI tidak akan terbit secara reguler seperti dahulu, tetapi kalian tidak akan ketinggalan informasi.
Memang sudah saatnya bagi HAI untuk mengeksplorasi dan total menggarap publikasi digital yang dikenal sebagai dunia tanpa sekat ini.
Sebab, mau tidak mau, perkembangan era digital memang semakin dahsyat setiap waktunya.
Kelebihan lainnya dengan berpindahnya HAI dari majalah ke online,  maka para pembaca pria remaja dapat semakin mudah terhubung dengan pelaku seni idola Anda, misalnya, jika kalian ingin lihat aksi band keren, kalian bisa langsung terhubung dengan Facebook Live yang menampilkan band idola tersebut.
Selain itu, jika kalian ingin melihat keseruan HaiDay, kalian akan langsung dihubungkan ke HAI YouTube Channel.
Jadi, perpindahan cetak ke digital ini justru membuat konsep konten HAI semakin seru dan inovatif. 
PenulisIwan Supriyatna
Editor Syafrina Syaaf

Repost  Juni 2017, Majalah "HAI" Berhenti Cetak KOMPAS.com -   Majalah HAI  resmi mengumumkan berhenti cetak secara regule...

Ajal Media Massa Cetak, Adakah Semakin Dekat?

Repost: status facebook @ Winata Nyoman
Mulai Juni 2017, majalah remaja "Hai" menutup edisi cetaknya dan beralih ke medium digital. Satu lagi media cetak yang sudah cukup tua harus menyerah kalah, setelah sebelumnya ada banyak majalah dan juga Koran yang harus meninggalkan pertarungan bisnis media yang menggunakan medium kertas. Tercatat majalah Girls, Aneka Yes, Kawanku dan banyak lagi lainnya telah lebih dulu tutup versi cetaknya. Mereka meninggalkan gelanggang setelah lelah bertarung melawan kekuatan kemajuan teknologi yang telah merubah prilaku dalam mengkomsumsi media. Terlebih lagi majalah Hai yang segmentasinya jelas adalah para remaja yang paling massif terpapar kemajuan teknologi komunikasi.
Perkembangan perubahan medium dari cetak ke digital (internet), tidak akan dapat dibendung oleh kekuatan apapun. Seakan-akan ini sudah menjadi takdir yang harus dihadapi media cetak manapun dimuka bumi ini, mereka (media cetak) harus terkapar menyerah kalah. Hanya masalah waktu saja, kapan nafas terakhir media cetak dapat terus berhembus. Namun melihat kemajuan teknologi komunikasi yang kini telah makin cepat dan murah, maka kematian media cetak sepertinya akan juga semakin cepat.
Sebenarnya media cetak bukan kali ini saja mendapatkan ancaman kematiannya. Ketika radio dan televisi ditemukan, banyak yang memprediksi, media cetak akan mengalami masa surutnya. Tetapi prediksi itu tak terbukti. Pun saat internet telah berkembang (via PC), bisnis media cetak juga tidak mengalami ancaman berarti. Bahkan, bisa dikatakan media cetak mengalami masa-masa keemasannya karena iklan tetap mengalir.
Barulah, masa dimana perangkat komunikasi mobile mampu mengakomodasi data-data digital internet dengan kecepatan dan harga terjangkau, media massa cetak mengalami ancaman sangat serius. Kreativitas manusia yang tidak pernah merasa puas dengan kemajuan teknologi yang sudah diraih dan didorong pula hasrat kapitalisme yang sangat kuat, benar-benar menjadi kekuatan menghancurkan bagi bisnis media cetak. Meminjam konsep Schumpeter mengenai apa yang disebutnya sebagai “Creative Destruction”, maka jelaslah bahwa kreativitas penemuan teknologi komunikasi telah menghancurkan bisnis media massa cetak yang telah bertahan berabad-abad lamanya. Secara ekonomi kecanggihan teknologi komunikasi meniadakan pekerjaan-pekerjaan di bisnis media cetak, misalnya saja para loper Koran, distributor Koran, pekerja mesin cetak dan banyak lagi sector pekerjaan di bisnis media cetak yang akan lenyap.
Perkembangan teknologi komunikasi yang ada saat ini belumlah akan berhenti. Dalam waktu yang tidak lama lagi, kecepatan internet akan meningkat berlipat-lipat. Bahkan hukum Moore yang memperkirakan kecepatan perkembangan mikroprosesor meningkat 2 kali lipat dalam waktu 18 bulan, dinilai sudah tidak relevan lagi. Mikroprosesor sudah berkembang berlipat-lipat dalam jangka waktu kurang dari 18 bulan. Terlebih dunia telah mengembangkan nano teknologi, dimana bahan mikroprosesor kini bisa dibuat semakin kecil,semakin kuat dan semakin cepat. Produksi massal perangkat komunikasi (gadget) juga sangat mendorong harga yang makin murah. Pun dengan harga jual bandwith internet akan makin terjangkau. Artinya, tidak lama lagi manusia akan mampu berkomunikasi dengan murah, cepat dan terkoneksi dengan sangat massif.
Hal ini berarti, sebentar lagi kuburan bagi media massa cetak akan makin penuh. Bisnis media cetak mengalami sandyakalaning, proses penuaan dan kematian yang dipercepat.
Pertanyaan yang mungkin sering dilontarkan, bisakah bisnis media cetak diselamatkan atau bahkan dikembalikan ke masa kejayaannya? Tidak ada jawaban pasti atas pertanyaan ini. Jika diprosentasekan, mengembalikan kejayaan bisnis media cetak mungkin masih tersisa sekitar 10 persen. Sekitar 40 persennya adalah kemungkinan untuk tetap bertahan. Sementara 50 persen lagi adalah kematian. Besarnya aras kematian media cetak karena medium internet telah merubah kebiasaan (habit) manusia. Ia merubah pula cara-cara berpikir dan yang paling penting adalah cara-cara mendapatkan dan mengkomsumsi informasi. Kecepatan, efesiensi dan efektivitas yang menjadi tuntutan manusia milenial tidak akan mungkin lagi dipenuhi oleh medium kertas.
Jika media massa cetak hanya berlindung dibalik keakuratan dan kebenaran informasi, maka harus dipahami bahwa manusia milenial tidak mempedulikan lagi hal itu. Elihu Katz, Jay G. Blumlerm dan Michael Gurevitch dalam terori uses and gratifications menjelaskan bahwa audiens/ khalayak-lah yang aktif memilih dan memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda – beda di dalam mengkonsumsi media. Mereka mengkonsumsi media yang mereka anggap memberikan manfaat dan sesuai dengan selera/keinginan mereka. Kecepatan, akses yang murah dan isi nya sesuai keinginan mereka, itulah yang akan dikonsumsi. Berjayanya hoax diera informasi cyber ini menjadi bukti dimana audiens tidak begitu peduli lagi soal kebenaran dan keakuratan informasi.
Maka… bersiap-siaplah media cetak. Bersiap-siaplah untuk menemui ajal.
Semarang, 5 Juni 2017

Repost: status facebook @ Winata Nyoman Mulai Juni 2017, majalah remaja "Hai" menutup edisi cetaknya dan beralih ke medium digi...