HAI

Hai' adalah sebuah majalah yang diterbitkan di Indonesia yang ditujukan untuk remaja pria. Isinya menyangkut segala hal yang berkenaan dengan dunia remaja. Karena itu Hai memuat segala artikel yang berkenaan dengan gaya hidup. Mulai dari musik, film, pendidikan, tempat nongkrong, fesyen, teknologi, olahraga, psikologi, pendidikan seks, dan tentu saja cerita pendek dan komik.

Pembaca majalah Hai kebanyakan duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) meskipun tidak sedikit yang masih berstatus siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Majalah Hai terbit pertamakali pada 5 Januari 1977. Terbitan perdana itu menggantikan majalah MIDI yang ada sebelumnya. Baik majalah Hai maupun MIDI diasuh oleh para personel yang sama. Antara lain, nama yang dikenal oleh publik,Arswendo_Atmowiloto

Last edition







Logo Pertama
1970
Terbitan perdana Hai terdiri dari 36 halaman. Isinya didominasi oleh komik. Judul komik yang masih dikenang oleh pembaca Hai masa tahun 1970-an antara lain: Pendekar Trigan, Arad & Maya, Si Rambut Merah. Lalu muncul pula strip komik Coki si Pelukis Cepat.

Selain komik produksi sindikasi luar negeri, Hai sering menyertakan karya komikus Indonesia kenamaan pada masa itu. Jan Mintaraga dan Teguh Santosa adalah dua di antaranya.

Sajian komik mempunyai daya tarik yang kuat pada masa itu. Sebab, seiring dengan terbitnya Hai, dunia komik Indonesia tengah memasuki masa keemasannya hingga akhirnya menyurut pada paruh tahun 1980-an.

Selain komik Hai juga menyertakan berbagai cerita fiksi. Mulai dari karya terjemahan dari sastrawan dunia (seperti karya Guy de Maupassant, Leo Tolstoy) ada pula serial Imung Detektif Cilik serta Kiki dan Komplotannya karya Arsendo Atmowiloto. Beberapa sastrawan dan penulis cerpen Indonesia kenamaan ikut menyemarakkan isi majalah Hai.

Logo kedua






 1980
Ketika era komik meredup, masyarakat Indonesia (khususnya di kota-kota besar) mulai keranjingan nonton video. Animo itu bisa dilihat dari maraknya persewaan video (baik dalam format VHS maupun Betamax) di berbagai kota. Warga kota menyukai beberapa judul film silat Mandarin, seperti Pendekar Ulat Sutera.

Rubrik film, video, dan TV Boom video silat juga terekam dalam penambahan rubrik di majalah Hai. Pada tahun 1984 muncullah rubrik video, film dan TV. Isinya berupa sinopsis dan review.

Pada tahun 1986, Hai secara teratur menyuguhkan sajian artikel atau berita yang berkenaan dengan anak sekolah. Sajian ini menjadi menu penting yang bergulir bukan hanya di halaman majalah Hai, tetapi juga dalam beragam aktivitas.

Pesta Pelajar Pada awal tahun 1980 perkelahian masal antarpelajar sekolah mulai marak di Jakarta. Jika sebelumnya terjadi hanya antarsekolah yang bertetangga, perkelahian massal ini kemudian meluas. Sekolah yang letaknya berjauhan pun bisa saling serang. Perkelahian beramai-ramai ini bahkan seperti melembaga dan diwariskan dari satu angkatan ke angkatan di bawahnya.

Banyak orang mencoba mencari solusi untuk meredam tawuran pelajar (istilah yang pertamakali dikeluarkan Hai dan kemudian begitu populer dan dianggap sebagai ungkapan yang paling pas), termasuk Hai. Karena itu pada tahun 1988 Hai menggagas pertemuan ”antarjagoan” sekolah dalam ajang Hai Informal Meeting. Istilah ”Hai Informal Meeting” merupakan plesetan dari pertemuan politik penyelesaian masalah Kamboja yang dikenal sebagai Jakarta Informal Meeting.

Hai Informal Meeting menyoba menjembatani komunikasi antartokoh pelajar. Spiritnya antara lain: masalah pelajar sebaiknya diselesaikan oleh pelajar. Ajang ini diselenggarakan sebanyak dua kali.

Setelah Hai Infomal Meeting majalah Hai menggagas sebuah ajang lain yang menunjukkan segi-segi positif dari para remaja dalam sebuah perhelatan yang diberi nama Pesta Pelajar pada tahun 1989. Di acara ini semua pelajar dapat menunjukkan semua kemampuan, terutama yang menyangkut bidang kesenian. Pesta Pelajar berusaha memupus citra buruk yang pada masa masa itu tercoreng di muka pelajar.

Pesta Pelajar diselenggarakan oleh para siswa yang berasal dari berbagai sekolah. Secara tidak langsung Hai sebagai fasilitator dan pengarah, mengajarkan keterampilan manajerial dan berorganisasi kepada para siswa yang terlibat dalam kepanitiaan.

Keterampilan itu kemudian ditularkan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Tak heran dari sana kemudian muncul anggapan bahwa Pesta Pelajar yang pernah digelar di tujuh kota di Indonesia adalah sebuah model awal dari Pensi (pentas seni) yang marak diselenggarakan berbagai sekolah di kota besar pada tahun 1990-an dan 2000-an. Pesta pelajar terakhir berlangsung pada tahun 1996 bekerjasama dengan ANTeve. Acara yang semula hendak digulirkan lagi, harus berhenti pada tahun 1997. Situasi politik dan krisis ekonomi pada saat itu tak memungkinkan.

Sebagai majalah yang mengulas dunia remaja, Hai juga menularkan banyak pengetahuan. Pelatihan jurnalistik adalah sesuatu yang rutin diselenggarakan di berbagai sekolah. Untuk kegiatan ini, lahirlah sebuah istilah ”Pers Putih Abu-abu” yang menunjuk pada warna seragam pelajar SMA. Dari istilah itu, masyarakat mengenal istilah ”putih abu-abu” sebagai kata ganti ”pelajar SMA”.

Musik Masih pada tahun 1980-an, Hai memulai sebuah tradisi liputan musik di luar negeri. Gagasan awalnya sangat sederhana. Sebelum sebuah kelompok musik atau artis luar negeri menggelar konser di Indonesia, Hai mencegatnya di konser terakhir mereka sebelum ke Indonesia. Tujuannya, agar bisa memberi gambaran kepada calon penonton tentang bentuk sajian yang akan mereka lihat.

Tradisi mencegat sebelum konser, dimulai pada tahun 1998, di Sydney, Australia. Kala itu seusai Australia, Mick Jagger akan berkonser di Jakarta. Lalu sejak itu, Hai bukan hanya melaporkan konser tetapi secara rutin mewawancarai secara langsung semua musisi atau artis yang akan manggung di Indonesia. Perjalanan terjauh yang pernah tercatat guna keperluan itu adalah saat Hai harus menempuh perjalanan selama 36 jam untuk menjumpai grup cadas Sepultura di kampung halamannya di Sao Paulo, Brazil.

Selain berwawancara Hai juga datang dalam dua festival musik akbar Woodstock sejak 1994 di New York. Reporter dan fotografer Hai juga bertandang ke Ozz Fest, Rock in Rio, Summer Sonic, dan berbagai festival besar di berbagai belahan Bumi.

Dengan tingginya pemberitaan majalah Hai seputar musik , pada perkembangannya kemudian, Hai kerap diidentikan sebagai majalah musik. Padahal dalam kenyataannya isi majalah Hai tidak melulu membahas musik.

untuk Ketiga kalinya logo diubah
1990
Era 1990-an adalah era puncak serial di majalah Hai. Banyak penulis muda berbakat bermunculan dan memulai karier menulisnya di Hai sejak akhir 1980-an. Cerita atau serial seperti Lupus, Balada si Roy, Anak-anak Mama Alin adalah beberapa yang menonjol dan kerap diingat orang. Seiring itu nama Hilman Hariwijaya, Gola Gong, Bubin Lantang pun menyeruak ke permukaan. Apalagi beberapa serial di Hai kemudian diangkat dalam bentuk novel, serial televisi dan layar lebar. Selain serial tetap, ada juga cerita silat bersambung Senopati Pamungkas karya Arswendo Atmowiloto yang kemudian dibukukan dalam belasan jilid novel.







Logo keempat sebelum akhirnya seperti terlihat sekarang

2000

Hai melewati masa 30 tahun sebagai majalah remaja pria pada 5 Januari 2007. Rubriknya kian banyak (terutama yang menyangkut gaya hidup), halaman pun kian menebal. Jika pada awalnya mingguan ini terbit dengan 36 halaman, pada tahun 2000-an Hai muncul dengan tebal 80 halaman full color.

Sebagai pemain lama dan satu-satunya di segmen majalah remaja pria, Hai tetap menjalankan perannya sejak majalah ini dilahirkan: sebagai inspirator sekaligus teman bagi remaja. Beberapa mantan pembaca Hai era 1980-1990 pernah berujar bahwa mereka memutuskan untuk menekuni bidang desain grafis karena terpengaruh oleh Hai. Beberapa lainnya juga mengaku menekuni musik karena sejumlah artikel yang dibacanya di majalah ini.

Itu sebabnya, hingga saat ini Hai terus mencari kemungkinan baru yang mungkin cocok untuk ditekuni oleh para pembacanya. Ajang pencarian bakat-bakat baru dunia musik The Dreamband yang digelar sejak 2004 hingga 2006 misalnya, adalah salah satu bentuk perwujudannya.

Sebagai teman, Hai juga melakukan banyak penyesuaian sesuai zaman yang berubah. Untuk berkomunikasi, Hai menggunakan bahasa dan istilah yang memang hidup dalam percakapan para remaja sehari-hari. Jika diperbandingkan dengan cara bertutur pada masa 1970-1980-an, akan terlihat perbedaan itu.

Pun, sebagai teman, majalah Hai menyediakan saluran komunikasi yang lebih luas. Teknologi informasi membuat majalah ini juga hadir dalam bentuk digital. Misalnya lewat situs internet Hai-Online (www.hai-online.com) dan layanan informasi via telepon selular Hai-Mobile (wap.hai-mob.com)

(Disalin dari forum kaskus)



























































Terbit mingguan
Tahun pertama penerbitan : 1977
Penerbit : PT. Penerbitan Sarana Bobo
SIUPP : No. 275/SK/MENPEN/SIUPP/C1/1986 Tanggal 14 Maret 1986
Rubrik andalan :
Bagman Say, Resensi Musik, Film, Fashion remaja cowok
Yang Khas :
Setiap edisi Hai mengupas topik-topik seru yang jarang diulas oleh majalah remaja kebanyakan.
Edisi tetap :
Edisi Khusus Musik, Edisi Khusus Cewek Sexy, Indonesia Artist of The Year
Nama HAI pada awalnya merupakan kependekan dari kata Hiburan, Amal, dan Ilmu
Slogan sekarang : Karena Kita Luar Biasa





















































Media of Indonesia
Media of Indonesia

This is a short biography of the post author. Maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec vitae sapien ut libero venenatis faucibus nullam quis ante maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar