majalah Islami
Penerbit :
PT. Media Amal Tarbawi
Rubrik :
Khothorot (editorial), Dirosat (kajian utama), Liqoat (Lebih Dekat), Kiat, Kearifan Desa, Wijhat (perspektif), Jaulat (catatan perjalanan), Kearifan Komunitas, Dzikroyat (kenangan), Mukjizat al-Qur'an, Ufuqiyat (cakrawala), Ruhaniyat (nasihat rohani), Thumuhat (gelora)
Yang Khas :
Rubrik "Dirosat" menyajikan artikel yang sarat kearifan, tulisannya seakan ingin membawa pembaca ke alam kejernihan berpikir.
Membaca majalah ini akan terasa begitu mengesankan.
Berikut salinan profil majalah Tarbawi dari situs sekolahmenuliskearifan.com dan tarbawi.net
Tarbawi hadir ketika pers di Indonesia baru benar-benar menikmati kebebasannya, setelah era Orde Baru yang memasung. Beragam media hadir memenuhi ruang-ruang public dan privacy masyarakat. Ada begitu banyak berita, tetapi tidak semuanya menggunggah kesadaran. Terlalu sedikit keunggulan pembeda.Sejak terbit perdana pada tahun 1999, majalah Tarbawi tampil sebagai media alternatif. Tidak saja dalam pemilihan tema yang khas dan inspiratif, tetapi juga dengan gaya bahasanya yang segar dan naratif.
Tarbawi hadir menyertai gairah kolektif kita pada informasi, tetapi dengan semangat jurnalisme nurani. “Kata hati, adalah sumber kekuatan sikap”
Tarbawi adalah sebuah kata sifat yang berarti ‘segala yang bermakna edukasi’. Nama itulah yang kami pakai untuk sebuah Majalah Inspirasi Islami.Official website : demo.tarbawi.co
Majalah Tarbawi pertama kali terbit pada tanggal 20 Mei 1999 (1 Muharram 1420 H). Diterbitkan oleh Lembaga Amal Islami yang sekarang menjadi PT Media Amal Tarbawi. Melalui nama itu pula, kami berupaya menggugah diri sendiri dan pembaca melalui renungan dan pembacaan mendalam bagaimana memandang berbagai peristiwa dalam hidup ini.
Perspektif spiritualitas kajian utama, kisah nyata yang menyemangati, catatan perjalanan yang menyegarkan, serial pembelajaran, wawancara khusus, cakrawala, nasihat ruhani, kearifan komunitas, kearifan desa, hanyalah sebagian dari rubrik utama Tarbawi. Semua dikemas dengan gaya jurnalisme kontemplasi. Terbit dalam bentuk cetak dua pekan sekali, dan diperkuat dengan ilustrasi photo-photo yang menggugah, memberi sentuhan tersendiri pada isinya.Dengan semangat berbagi, kami memandang pembaca sebagai sahabat terbaik untuk bersama mengedukasi diri, teman terbaik untuk belajar mengerti dan bukan obyek yang harus digurui. Maka, (semoga) Majalah Tarbawi beda.Bagi Anda yang belum mengenal Majalah Tarbawi, atau ingin mengenalkannya kepada orang-orang istimewa Anda, kami menyediakan edisi koleksi Tarbawi dalam bentuk PDF. Anda bisa mengunduhnya untuk diri sendiri, atau merekomendasikannya untuk siapa saja.Di tengah penat yang kian padat, di tengah interaksi yang kian mengalienasi, bacalah Tarbawi..teman setia untuk berbagi...
Apa kata mereka yang telah "jatuh cinta" dengan majalah ini?
"saya mengenal majalah ini sudah cukup lama tepatnya pada tahun 2000 dari harga kalau tidak salah Rp. 3500,- dan terbitnya bulanan pada saat itu, kalau sekarang Alhamdulillah sudah dwimingguan. Kemasannya kecil tidak sebesar majalah Gatra misalnya sehingga memudahkan untuk dibawa-bawa sebagai bacaan selama perjalanan. Memang Materi Tulisannya cukup dalam kadang butuh beberapa kali mengulang untuk dapat menyerap maknanya.
diawali cover menarik dengan gambar-gambar alam yang dinamis jauh dari kesan menyindir,sensual, ataupun monoton. Topik utama yang dibahas jauh pula dari tema2 politik tapi materi-materi tentang refleksi diri membuat kita untuk merenung atau istilah kerennya berkontemplasi gitu loooh. ada profil berprestasi dan kisah kehidupan yang insya Allah dapat kita ambil hikmah kehidupannya. ada peluang bisinis, tanya jawab tentang Fikih Islam, ada tulisannya Ust. Annis Matta tentang Cinta-sebelumnya tema tentang kepahlawanan dan sudah dibukukan. dan masih banyak lagi deh tulisan2 yang bermafaat dan yang pasti jauh dari hujat menghujat.
sebagai tambahan informasi sudah ada loh komunitas pembacanya yang tergabung dalam 'Komunitas Tarbawi' dan sudah mengadakan beberapa kali pelatihan tentang jurnalistik.
Saya merekomendasikan Tarbawi untuk menjadi bacaan tetap. Memang Majalah Tarbawi Berbeda, feel the different." (http://lailanurhayati.multiply.com)
---------------------
"Berterus Teranglah, Agar Hidup Terang Terus adalah Tarbawi yang pertama kali kubeli. Tarbawi edisi 16 tahun 2 / 31 Januari 2001 M/Syawal 1421 H kubeli dengan harga Rp 2.700,- (masih murah J ). Pertama kali tahu tarbawi dari mas Arif Nur Salim, kakak kelas sewaktu SMA. Dibuka dan dibaca sepintas kok menarik, akhirnya tanya kemana bisa didapatkan dan tak lama-lama jadi deh baca punya sendiri.
Tarbawi adalah majalah yang paling banyak saya punya, jumlahnya 120 lebih. Lainnya adalah Al Izzah (16 buah), Dakwatuna (10), Saksi (9), Sabili (5), El Fata (4), dll. Bahasan Tarbawi yang menyentuh dan bersastra tinggi membuat hati tenang. Makanya lebih sering dibeli dibanding yang lain. Banyak perenungan yang didapat. Rubrik yang paling saya senangi adalah Thumuhat, kolomnya Anis Matta, Ruhaniyatnya Muhammad Nursani dan Asasiyat oleh Alm. Ust. Rahmat Abdullah.Sampai sekarang, Tarbawi itu masih ada dan dalam kondisi baik. Insya Allah akan disimpan karena merupakan kenangan yang sangat berarti. Semoga Tarbawi senantiasa menggungah nurani dan membuat pembacanya menjadi pribadi shalih." (http://zainurihanif.com)
"Belajar dengan orang-orang kuat memang rasanya berbeda, ada inspirasi baru, ada semangat baru.
Alhamdulillah saya berkesempatan bertemu dengan para pendiri majalah "Tarbawi", majalah yang mengusung tema kearifan dalam setiap kontennya, tidak sekedar memberi informasi, tapi lebih kepada nilai yang di bawa..sebuah gaya jurnalisme baru, kalau kata Pak Edi Santoso (dosen Komunikasi UNSOED) sebagai jurnalisme kontemplatif.
Tarbawi banyak mendapat tempat di hati pembacanya, karena tema-tema sederhana yang ada disana membidik sampai kerelung jiwa, sesuatu yang selama ini kita anggap sederhana ternyata mampu dibawakan dengan apik sehingga menimbulkan daya yang membuat pembacanya merenung bahkan sampai akhirnya menangis.
Rahasianya memang ada pada nilai yang di bawa oleh majalah ini, dan tentu saja orang-orang yang berada di belakang media ini.
Simak saja apa yang disampaikan Mba widowati salah satu redaktur di majalah ini, "Waktu adalah komponen terpenting dari kualitas, dan bersama dengan waktu ini saya mendapati orang-orang berkualitas di majalah ini, yang terbentuk bertahun-tahun, dan disini saya tidak sekedar bekerja tapi lebih dari itu, saya mendapatkan pendewasaan diri, yang menguliti hampir semua kekurangan serta keburukan diri, banyak inspirasi disini dan justru saya mendapatkannya dari para narasumber yang ada, ada banyak sekali nilai yang bisa digali dari kearifan yang ada disekitar kita"
Ini salah satu faktor yang menyebabkan Tarbawi berbeda dari media lainnya, karena Tarbawi mampu menambang dengan baik kemelimpahan kearifan berupa arkeolog pengetahuan dan arkeolog pengalaman yang melimpah disekitar kita,kemudian mengasahnya menjadi sebuah permata kehidupan yang layak kita jadikan inspirasi.
Tarbawi bukanlah Tempo, Tarbawi bukan juga Kompas, bukan pula Sabili, tentu saja setiap media tidak ingin disamakan dengan media lainnya. Tarbawi membawa sendiri genrenya..membawa sendiri mahzabnya, mahzab tulisan Tarbawi, Tarbawi memberanikan diri dengan memposisikan dirinya sebagai media yang subyektif, reflektif, kontemplatif dan inspiratif. Tentu saja akan ada konsekuensi dengan hal ini, paling tidak Tarbawi tidak hanya sekedar membawa informasi, tapi juga memposisikan diri sebagai media yang mampu memberikan nilai dan kearifan tersendiri yang dapat di rasakan pembacanya.
M.Lili Nur Aulia salah satu pendiri Tarbawi, yang selama ini kita kenal sebagai penulis dengan spesialisasi alam Islami (dunia Islam) pernah berkata’seringkali kondisi penulisnya juga mempengaruhi hasil tulisannya, jadi kondisi ruhiah(kejiwaan) penulis sangat berperan dalam penulisan di Tarbawi ini. Karena, Majalah Tarbawi bukan sekedar membawa informasi, tapi juga nilai kearifan yang diharapkan mampu memberikan inspirasi, menggerakkan, mencerahkan dan memotivasi pembacanya.
Kalau berkunjung ke Tarbawi kita akan disuguhkan sebuah pemandangan menarik..dalam satu ruang kita akan dibawa menikmati sejarah majalah ini,tulisan dan foto berjajar rapi dengan sebuah narasi.Dua hari saya berkesempatan berinteraksi langsung dengan jajaran Redaksi serta manajemen Tarbawi..dan saya memutuskan untuk bergabung dalam jajaran besar keluarga Tarbawi, sebagai Tarbawi Representatif..karena yang saya bawa bukan sekedar majalah, bukan sekedar profesi, tapi panggilan nurani mengajak sebagian besar kita untuk terus belajar menjadi Arif disaat hampir semua media menyuguhkan informasi yang semakin menyempitkan optimisme kita, semakin mengikis kepercayaan kita, semakin membuat paranoid dengan informasi negative yang terus membanjir bak cendawan di musim hujan. Disinilah saya mencoba memulai...
Terima Kasih kpd Ust Zairofi, M Lili Nur Aulia, Ust Edi Santoso, Mba Widowati,Bu Nani, dan seluruh jajaran Tarbawi..Jazakalloh atas semua Ilmunya, semua kearifannya..(kapan-kapan mau ya ke Purwokerto..bedah Tarbawi atau yang lainnya..(Indra Budi Legowo, Representatif Purwokerto, Jawa Tengah pada blognya http://indrabl.blogspot.com dalam tag MEMOAR)"
"Majalah yang bagi saya selalu saja memberikan hal baru kendati terkadang temanya kita sudah tahu maksudnya apa. Tapi cara penyajian bacaannya yang dari hati dan kaya ilmu membuat majalah Islam yang satu ini luar biasa dan enak dibaca. Ada hal baru yang sering saya dapatkan setelah membaca majalah Tarbawi ini. Saya menyebutnya,
“Bagaikan mata air yang tak pernah kering, ada saja tema baru yang menyejukkan iman yang menentramkan jiwa.” (http://donialsiraj.wordpress.com/2011/03/23/majalah-inspirasi/)
Majalah Islam favoritku..
Aku mengenal majalah ini sejak SMA, tepatnya di rak buku mesjid SMA ku. Awalnya tidak tertarik karena aku merasa bahasanya terlalu serius dan berat. Maklum, saat itu aku masih suka membaca majalah-majalah remaja yang berisi life style remaja (food, music, fashion, horoscope, etc). Setelah sering berinteraksi dengan teman-teman ROHIS, aku mulai tertarik dengan Tarbawi. Mereka suka membaca Tarbawi dan biasanya dijadikan bahan untuk kultum di mentoring. Seiring waktu, aku merasa bahasa Tarbawi tidak seberat presepsiku, bahasanya sejuk, menyentuh qolbu dan menyadarkan. Aku punya kebiasaan yg sedikit unik (mungkin..) yaitu membaca Tarbawi dari halaman belakang. Aku lebih suka membaca Tarbawi dimulai dari rubrik yg paling terakhir, kalau tidak rubriknya Ust. Anis Matta, ya rubrik ruhaniyat. (http://ratnadelimavet.multiply.com/reviews/item/2?&show_interstitial=1&u=%2Freviews%2Fitem)
Ketertarikan saya dengan majalah Tarbawi adalah karena kekhasan dalam tulisannya. Kita diajak pada titik perenungan yang dalam. Diksinya penuh kejutan, setiap pilihan katanya penuh makna. Padahal, tema-tema yang diangkat sebenarnya sederhana saja. Seperti, kepedulian, adab dalam bergaul, dan segala bentuk persoalan jiwa lainnya.Namun, yang membedakan Tarbawi dengan majalah lainnya adalah sisi penggarapannya. Tarbawi mampu menyajikan sebuah persoalan dengan paradigma yang berbeda. Member petunjuk tapi tidak menggurui. Sederhana tapi memahamkan. Menariknya lagi, bila membaca Tarbawi kita seolah sedang bercerita dengan batin kita sendiri. Sentuhan-sentuhan kalimatnya itu benar-benar mampu menggetarkan qalbu. (Ibnu Syahri Ramadhan - Pembaca majalah Tarbawi sebelum akhirnya resmi masuk ke jajaran reporter majalah Tarbawi dalam blognya http://ibnuflp.wordpress.com/2011/06/19/tarbawi-di-hati/)
Alhamdulillah. Majalah Tarbawi benar-benar majalah yang hebat dan berdampak dahzyat kepada perekmbangan diri. Artikel-artikel yang ditulis benar-benar bermakna dalam. Saya rekomendasikan Anda untuk membaca majalah Tarbawi.(http://gatotwid.wordpress.com/2013/03/07/islamic-book-fair-2013/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar